KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmatnyalah penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya.
Adapun judul laporan ini adalah ”Pengaruh Pemberian Pupuk NPKMg dan Media Tanam Pada Pembibitan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Main Nursery” sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti Praktikal Test di Laboratorium Teknologi Budidaya Tanaman Perkebunan Departemen Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Ir. Balonggu Siagian, MS; Ir. Jonathan, MS; Ir. Jonis Ginting, MS.; Ir. Charloq, MP.; Fery Sitepu, SP, MP.; Ir. Toga Simanungkalit, MS.; Prof. Ir. Edison Purba, Phd. selaku Dosen pengajar Teknologi Budidaya Tanaman Perkebunan dan kepada kakak dan abang asisten yang telah membantu dalam pembuatan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan laporan ini. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Desember 2011

Penulis






PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tanaman kelapa sawit mempunyai nilai yang sangat penting bagi kehidupan kita sehari-hari, hal ini terutama Nampak dari kebutuhan kita akan minyak nabati. Banyak tanaman lain yang dapat dijadikan sumber minyak nabati, seperti kelap, kacang kedelai. Namun demikian kelapa sawit merupakan penyumbang minyak nabati terbesar di dunia. Di kawasan Asia Tenggara, kebutuhan minyak nabati sebagian besar diperoleh dari minyak sawit, sedangkan kelapa hanya menyumbang sekitar 1/3 saham minyak sawit (Syamsulbahri, 1997).
Pada umumnya tanaman kelapa sawit di Indonesia berasal dari bibit yang dikembangbiakkan dengan cara generative, yaitu dengan biji. Cara pengadaan bibit seperti ini memiliki kendala yaitu bahan bibit yang diperoleh akan terbatas dan bervariasi. Namun, sejalan dengan perkembangan teknologi, pengadaan bibit kelapa sawit sudah dilakukan dengan teknik kultur jaringan. Cara ini dianggap lebih praktis dan amapu mengatasi beberapa kendala pengembangbiakkan yang berasal dari biji (Fuzi, dkk, 2004).
Khusus untuk perkabunan sawit rakyat, permasalahan umum yang dihadapi anatar lain rendahnya produktifitas dan mutu produksinya. Produktifitas kebun sawit rakyat rata-rata 16 ton Tandan buah Segar (TBS) per ha, sementara potensi produksi bila menggunakan bibit unggul sawit adalah 30 ton TBS per ha. Produktifitas CPO (Crude Palm Oil) perkebunan rakyat hanya mencapai rata-rata 2,5 ton per ha dan 0,33 ton minyak inti sawit (PKO) per ha, sementara di perkebunan Negara rata-rata menghasilkan 4,28 ton CPO per ha dan 0,91 ton PKO per ha, dan perkebunan swasta rata-rata menghasilkan 3,48 ton CPO per ha dan 0,57 ton PKO per ha (Pustaka Deptan , 2011).
Pemindahan bibit dari Pre-nursery ke Main Nursery dilakukan pada bibit berdaun 2-3 helai, yaitu pada umur 2 atau3 bulan,. Seminggu sebelum dibibit, dipindahkan polybag besar disiram sampai sungguh-sungguh basah. Tiap polybag membutuhkan air 2 liter/polybag (Tusner, 1972).
Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Pemberian Pupuk NPKMg dan Media Tanam Pada Pembibitan Kelapa Sawit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Main Nursery.
Hipotesis Percobaan
Diduga ada pengaruh pemberian pupuk NPKMg dan media tanam, pemberian pupuk NPKMg dan interaksi antara media tanam dan pemberian pupuk NPKMg Tanam Pada Pembibitan Kelapa Sawit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Main Nursery.
Kegunaan Percobaan
- Sebagai slah satu syarat untuk dapat mengikuti Praktikal Tes di Laboratorium Budidaya Tanaman Perkebunan Departemen Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
- Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.




TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman
Menurut http://www.plantamor.com (2011), adapun sistematika tanaman kelapa sawit adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Division : Spermatophyta
Subdivision : Angiospermae
Class : Monocotyledonae
Ordo : Palmaceae
Famili : Palmales
Genus : Elaeis
Spesies : Elaeis guineensis Jacq.
Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakaran sangat kuat karena tumbuh ke bawah dank e samping membentuk akar primer, sekunder, tertier, dan kuarter. Askar primer tumbuh ke bawah dalam tanah sampai batas permukaan air tanah. Akar sekunder, tertier dan kuarter tumbuh sejajar permukaan tanah, bahkan akr tertier dan kuarter menuju ke lapisan atas atau ke tempat yang banyak mengandung unsure hara. Di samping itu, muncul pula akar napas yang muncul di atas permukaan atau di dalam air tanah. Penyebaran akar terkonsentrasi pada tanah lapisan atas (Fauzi, dkk, 2004).
Daun tanaman kelapa sawit bersirip genap, bertulang sejajar, panjangnya dapat mencapai 3-5 meter. Daun mempunyai oelepah yang bagian kiri maupun kanannya tumbuh anak-anak daun. Tanaman kelapa sawit yang sudah dewasa mempunyai anak daun yang jumlahnya dapat mencapai 100-160 pasang. Pada bagian pangkal pelepah daun tumbuh duri dan bulu-bulu kasar dan halus. Duduknya pelepah daun pada batang tersusun teratur, melingkari batang membentuk konfigurasi spiral (Syamsulbahri, 1997).
Kelapa sawit termasuk tanaman monokotil tidak bercabang dan tidak mempunyai cambium. Pada ujung batang terdapat titik tumbuh yang terus berkembang membentuk daun dan ketimnggian batang. Diameter batang dapat manecapai 90 cm. Tinggi batang untuk tanaman ini tidak lebih dari 12 meter (Risza, 1994).
Kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu (monoecious), artinya baunga jantan dan bunga betina terdapat dalam satu tanaman dan amsing terangkai dalam satu tandan. Rangakian bunga jantan terpisah dengan bunga beina. Setiap rangkaian bunga muncul dari pangkal pelepah daun. Sebelum bunga mekar, dan masih deselubungi seludang, dapta dibedakan bunga jantan dan bunga betina, yaitu dengan melihat bentuknya (Fauzi,dkk, 2004).
Ukuran dan bentuk buah bervariasi menurut posisinya dalam tandan, bias mencapai panjang 5 cm dan berat 30 gr. Secara botani buah adalah “sessile drupe” yang tertekan disekitar bijinya. Perikarp terdiri adalah serat yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan terdiri atas lapisan pelindung luar atau eksocarp, dan mesokarp yang berserat dan mengandung minyak. Sbelum masak buah berwarna kehitam-hitaman, dan menjadi agak merah bila matang karena bertambahnya karotein pada perikarp (Sianturi, 1992).
Bagian biji kelapa sawit penbting artinya bagi eksistensi generasi bertikutnya. Bagian biji kelapa swit terdiri atas kulit biji, tali pusat dan inti biji atau isi biji. Kulit biji yang berasal dari selaput bakal biji (integument) sangat keras seperti batu. Bagian ini berfungsi untuk melindungi biji bagian dalam yang lunak. Tali pusat merupakan bagian biji yang menghubungkan dengan papan biji. Inti biji merupakan bagian biji yang penting untk alih generasi. Bagian inti biji terdiri atas lembaga tau embrio dan cadangan makanan (endoperm) (Syamsulbahri, 1997).
Syarat Tumbuh
Iklim
Selain curah hujan dan sinar matahari tanaman kelapa sawit memerlukan suhu yang optimum sekitar 24-280 C untuk tumbuh dengan baik. Meskipun demikian tanaman masih dapat tumbuh pada suhu terendah 180C dan tertinggi 320C. Beberapa factor yang mempengaruhi suhu adalah lama penyinaran dan ketinggian tempat. (Fauzi, dkk, 2004).
Suhu yang tetap tinggi terdapat pada elevasi dekat dengan permukaan laut. Jadi daerah penanaman yang ideal adalah dataran rendah yakni 200 m di atas permukaan laut, tetapi masih cukup baik ditanam hingga tinggi 400 m dpl. Hingga 600 m dpl masih dapat tumbuh dengan laju pertumbuhan yang lambat. Lebih dari 600 m dpl tidak dianjurkan bagi perkebunan kelapa sawit (Sianturi,1992).
Kelapa sawit termasuk tanaman daerah tropis yang umumnya dapat tumbuh di daerah antara 12 0LU dan 12 0LS. Curah hujan optimal antara 2000-2500 mm per tahun. Lama penyinaran matahari yang optimum antara 5-7 jam per hari dan suhu optimum berkisar 24 0C-38 0C (Fauzi dkk, 2004).
Sinar matahari diperlukan untuk memproduksi karbohidrat dan memacu pembentukan bunga dan buah. Untuk itu, intensitas, kualitas, dan lamanya penyinaran amat berpengaruh. Lama penyinaran optimum yang diperlukan tanaman kelapa sawit antara 5 -7 jam/ hari (Fauzi dkk, 2002).
Tanah
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, seperti podosolik, latosol, hidromorfik kelabu, alluvial, masing-masing jenis tanah tersebut tidaklah sama (Fauzi dkk, 2002).
Keadaan topografi pada areal perkebunan kelapa sawit berhubungan dengan kemudahan perawatan tanaman dan panen. Topografi yang dianggap cukup baik untuk tanaman kelapa sawit adalah areal dengan kemiringan 0 -150. hal ini akan memudahkan pengangkutan buah dari pohon ketempat pengangkutan hasil atau dari perkebunan ke pabrik pengolahan (Risza, 1994).
Kemasaman tanah idealnya adalah pH 5.5 yang baik adalah pH 4-6 tetapi boleh juga digunakan pH 6.5-7. Tanah harus gembur dan draenase baik sehingga aerase juga baik (Sianturi, 1992).
Media Tanam
Kelapa sawit tumbuh dengan baik pada berbagai tipe tanah. Pohon kelapa sawit sangat baik pada kedalaman draenase tanah yang baik dengan reaksi alkali. Tetapi kelapa sawit tumbuh dengan baik sama dengan tanah di Malaysia. Kehilangan tanah Alluvial, berat, pengairan yang sedikit, tanah hitam tidak mendukung pohon yang baik (Krusantini, 2008).
Sifat fisik tanah dapat dilihat dari tingkat kemasaman dan komposisis kandungan hara mineralnya. Sifat kimia tanah mempunyai arti penting dalam menentukan dosis pemupukan dan kelas kesuburan tanah. Tanaman kelapa sawit tidak memerlukan tanah dengan sifat kimia yang istimewa sebab kekurangan suatu unsur dapat diatasi (Fauzi dkk, 2002).
Tanah sebagai media tanam yang digunakan seharusnya adalah tanah yang berkualitas baik, misalnya tanah bagian atas (topsoil) pada ketebalan 0-20 cm, dan berasal dari areal pembibitan di sekitarnya. Tanah yang digunakan harus memiliki struktur yang baik, tekstur remah dan gembur, tidak kedap air serta bebas kontaminasi (Krusantini, 2008).
Tandan kosong Kelapa Sawit (TKKS)
Pemberian kompos TKKS dapat meningkat secara nyata serapan hara N baik pada adaun maupun pada batang bibit kelapa sawit pada umur yang sama. Komponen utama limbah pada kelap sawit ialah selulosa dan lignin, sehingga limbah tersebut sebagai limbah limbah lignoselulosa (Widyastuti dan Panji, 2010).
Tandan kosong Kelapa Sawit (TKKS) merupakan hasil sampingan dari pengelolaan minyak kelap sawit yang pemanfaatannya masih terbatas sebagai pupuk, bahan baku pembuatan matras dan media untuk pertumbuhan jamur dan tanaman (Iriani, 2009).
Pada saat ini TKKS digunakan sebagai pupuk organik bagi pertanaman kelapa sawit secara langsung. Pemanfaatan secara langsung adalah TKKS`sebagai mulsa sedangkan secara tidak langsung dengan mengomposkan terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai pupuk organic (Widyastuti dan Panji, 2010).



Pupuk NPKMg
Pengertian pupuk secara umum ialah : Suatu bahan yang bersifat organik ataupun anorganik, bila ditambahkan ke dalam tanah atau ke tanaman dapat memperbaiki sifat fisik, sifat kimia, sifat biologi tanah dan dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman, dapat memperaiki sifat fisik, sifat kimia, sifat biologi tanah dan dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman (Damanik, dkk., 2011).
Salah satu sebab kegagalan dalam menyuburkan tanah dengan menggunakan pupuk ialah akibat salah pupuk. Pupuk, khusunya pupuk buatan, tak lain adalah bahan-bahan kimia yang diramu sedemikian rupa meniru zat yang dikandung tanah. Oleh sebab itu cara pemakian dosis dan khasiat bagi tanaman harus diketahui dulu secara benar sebelum dipakai untuk memupuk (Lingga dan Marsono, 2003).
Nitrogen adalah salah satu unsur hara yang sangat penting dan dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang banyak dan diserap tanaman dalam bentuk ion NH4+ (ammonium) dan nitrat (NO3-). Ditinjau dari berbagai hara, nitrogen merupakan yang paling mendapat perhatian. Hal ini disebabkan jumlah nitrogen dalam tanah sedikit sedangkan yang diangkut tanaman dalam bentuk panenan sangat banyak. Selain itu senyawa nitrogen organik sangat larut dan mudah hilang dalam drainase, tercuci dan menguap ke atmosfir (Kartasapoetra, 2000).
Jika terjadi kekurangan (defisiensi) nitrogen, tanaman tumbuh lambat dan kerdil. Daunnya berwarna hijau muda. Sementara itu, daun-daun yang lebih tua menguning dan akhirnya kering. Di dalam tubuh tanaman, nitrogen bersifat dinamis (mobil) sehingga jika terjadi kekurangan nitrogen pada bagian pucuk, nitrogen yang tersimpan pada daun tua akan dipindahkan ke organ yang lebih muda. Dengan demikian, pada daun-daun yang lebih tua gejala kekurangan nitrogen akan terlihat lebih awal (Novizan, 2002).
Fosfor terdapat dalam bentuk phitin, nuklein, dan fosfatide, merupakan bagian dari protoplasma dan inti sel. Sebagian dari inti sel sangat penting dalam pembelahan sel, demikian pula pada perkembangan jaringan meristem. Fosfor diambil oleh tanaman dalam bentuk H2PO4, dan HPO4. Secara umum fungsi P (fosfor) dalam tanaman dapat dinyatakan sebagai berikut :
1. Dapat mempercepat pertumbuhan akar semai
2. Dapat mempercepat pertumbuahn serta memperkuat tanaman muda menjadi tanaman dewasa pada umumnya
3. Dapat mempercepat pembungaan dan pemasakan buah, biji, gabah
4. Dapat meningkatkan prooduksi biji-bijian
(Sutedjo, 2002).
Kekurangan fosfor akan menampakkan gejala pertumbuhan yang terhambat karena terjadi gangguan pada pembelahan sel. Daun tanaman menjadi berwarna hijau tua yang kemudian berubah menjadi ungu, juga akan terjadi pada cabang dan batang tanaman muda. Gejala kekurangan fosfor juga akan menunujukan terlambatnya masa pemasakan buah dan biji. Gejala yang umum adalah terhambatnya pertumbuhan, tanaman kerdil serta perakarannya miskin dan produksi merosot (Hakim, dkk., 1986).
Kalium diserap oleh tanaman dalam bentuk ion K+. Di dalam tanah, ion tersebut bersifat sangat dinamis. Tak mengherankan jika mudah tercuci pada tanah berpasir dan tanah dengan pH rendah. Dari ketiga unsur hara yang paling banyak diserap oleh tanaman (N,P,K) kaliumlah yang jumlahnya paling melimpah di permukaan bumi. Tanah mengandung 400 – 650 kg kalium untuk setiap 93 m2 pada ke dalaman 15,24 cm). Namun sekitar 90 – 98% berbentuk mineral primer yang tidak dapat diserap oleh tanaman. Sekitar 1 – 10% terjebak dalam koloid tanah karena kaliumnya bermuatan positif. Bagi tanaman, ketersediaan kalium dalam posisi ini sangat lambat. Sisanya sekitar, 1 – 2% terdapat di dalam larutan tanah dan mudah tersedia bagi tanaman. Kandungan kalium sangat tergantung dari jenis mineral pembentukkan tanah dan kondisi cuaca setempat (Novizan, 2002).
Secara umum dapat dikatakan gejala kekurangan kalium adalah daun bawah khlorois dengan bintik-bintik. Bintik-bintik jaringan mati biasanya pada pucuk dan di antara urat-urat daun, lebih jelas pada pinggir daun sehingga tampak terbakar (Hakim, dkk., 1986).
Peranan umum dari magnesium dalam tubuh tanaman adalah sebagai berikut : (1) sebagai bagian esensil dari klorofil yang memberikan warna hijau pada daun (2) diperlukan dalam pembentukkan gula dari karbondioksida dan air (fotosintesis) (3) mengatur penyerapan unsur hara lainnya (4) bertindak sebagai pembawa fosfor di dalam tubuh tanaman (5) menstimulasi pembentukkan minyak dan lemak (6) dan berperan dalam translokasi pati di dalam tubuh tanaman (Damanik, dkk., 2011).
Gejala kekuranagn magnesium akan memperlihatkan khlorosis pada daun, tanpa adanya bintik-bintik jaringtan mati. Pada daun terdapat warna merah kadang-kadang dengan bintik-bintik jaringan mati. Pucuk dan pinggir daun membalik ke atas seperti mangkok. Pada tanaman kapas gejala ini tampak pada daun yang berwarna ungu merah dengan urat daun bergaris-garis, tetap hijau, tetapi daerah antar urat daun berwarna ungu dan kuning pada jagung (William, et al, 1980).



BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Percobaan
Percobaan ini dilakukan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanan Universitas Sumatera Utara, Mdan dengan ketinggian ± 25 m dpl. Percobaan ini dilakukan pada hari sabtu pukul 13.00 WIB sampai selesai , dilakukan mulai bulan September sampai bulan Desember 2011
Bahan dan Alat Percobaan
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah bibit pre nursery tanaman kelapa sawit sebagai objek pengamatan yang akan diamati, topsoil, subsoil, pasir dan TKKS sebagai media tanam, pupuk NPKMg untuk meningkatkan pertumbuhan kelapa sawit, polyag yang digunakan sebagai wadah penanaman, air untuk menyiram tanaman, label nama untuk menandai perlakuan setiap polybag dan buku data untuk mencatat data.
Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah cangkul untuk mencampurkan media tanam, jangka sorong untuk mengukr diameter batang, meteran untuk mengukur tinggi tanaman, ember sebagai wadah TKKS, gembor untuk menyiram tanaman, ayakan yang digunakan untuk mengayak media tanam, buku data yang digunakan sebagai tempat penulisan data, kalkulator untuk menghitung rataan data.




Metode Percobaan
Metode percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor perlakuan, yaitu:
Faktor 1 : Media Tanam (M) dengan 2 taraf
M1 : Top Soil + Pasir (2:1)
M2 : Subsoil + TKKS (3:1)
Faktor 2 : Pupuk NPKMg (15:15:6:4) dengan 3 taraf
P0 : 0 g
P1 : 10 g
P2 : 20 gr
Maka akan didapat 6 kombinasi perlakuan, yaitu:
M1P0 M2P0
M1P1 M2P1
M1P2 M2P2
Jumlah Ulangan : 2
Jumlah Stump per plot : 6
Jumlah bibit per polybag : 1
Jumlah polybag perplot : 2
Jumlah bibit seluruhnya : 24 bibit




Data hasil praktikum dianalisis sidik ragam berdasarkan model linear sebagai berikut :
Yijk = µ + ρi + αj + βk + (α β )jk + Ζijk
Dimana :
Yijk : Hasil Pengamatan dari blok ke-I dengan perlakuan pemberian TKKS taraf ke-k,
µ : Nilai tengah sebenarnya
ρi : Efek Blok ke-i
αj : Efek Perlakuan Media Tanam taraf ke-j
βk : Efek perlakuan pemberian TKKS taraf ke-k
(α β )jk : Efek interaksi perlakuan media perlakuan pemberian TKKS taraf ke-j dan perlakuan media tanam taraf ke-k
Ζijk : Efek galat yang mendapat perlakuan pemberian TKKS taraf ke-I dan perlakuan media tanam taraf ke-j dan interaksi perlakuan media tanam dan pemberian TKKS taraf ke-k.


Gambar Bagan Percobaan


1 2

PELAKSANAAN PERCOBAAN

Persiapan Lahan
Pengelolaan lahan dengan membentuk plot dengan ukuran 100x100 cm. gulma dibersihkan dantanah digemburkan pada sekeliling akar dibuat parit drainase sedalam 30 cm untuk mneghindari adanya genangan air disekitar areal percobaan.
Pembuatan Media Tanam
Media tanam dibuat dengan menggunakan 2 taraf yakni top soil + pasir (2:1) sebanyak 100 kg dan subsoil + TKKS (3:1) sebanyak 10 kg
Penanaman Kecambah
Dilakukan dengan pemindahan bibit tanaman dari pre nursery ke main nursery dalam satu plot terdapat satu tanaman.
Aplikasi Pupuk NPKMg
Aplikasi pupuk NPKMg diberikan pada saat dipindahkan tanaman dari pre nursery, dari pre nursery ke main nursery.
Pemeliharaan Tanaman
Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari selanjutnya dikurani tergantung keadaan cuaca.
Penyiangan
Penyiangan dilakukan dengan tangan pada saat gulma tumbuh di Media.
Pemupukan
Pemupukan yang dilakukan hanya sekali saja.
Pengamatan Parameter
Tinggi Tanaman (cm)
Dihitung sekali seminggu dengan menggunakan penggaris atau meteran.
Diameter Batang (mm)
Dihitung setiap minggu, dari pangkal tanaman (1 cm) diatas permukaan tanah menggunakan jangka sorong.
Jumlah Daun (helai)
Jumlah daun diukur sekali seminggu. Daun yang dihitung adalah daun yang sudah terbuka sempurna.


HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Tinggi Tanaman (cm)
Hasil rataan pada perlakuan pupuk NPKMg dan media tanam terhadap parameter tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Pengaruh Pupuk NPKMg dan Media Tanam terhadap tinggi tanaman (cm).
Tabel Rataan Tinggi Tanaman 8 MST
Perlakuan P0 P1 P2 Rataan
M1 60,7 50,45 61,77 57,64
M2 57,45 57,62 50,6 55,23
Rataan 59,075 54,035 56,185 56,43

Dari Tabel 1. diperoleh bahwa perlakuan media tanam pada parameter tinggi tanaman kelapa sawit, rataan tertinggi terdapat pada perlakuan M1 yaitu 57,64 dan rataan terendah terdapat pada perlakuan M2 yaitu 55,23. Pada perlakuan pupuk NPKMg pada parameter tinggi tanaman, rataan tertinggi terdapat pada perlakuan P0 yaitu 59,075 dan rataan terendah terdapat pada perlakuan P1 yaitu 54,0375. Dan interaksi antara media tanam dengan pupuk NPKMg pada parameter tinggi tanaman, rataan tertinggi terdapat pada perlakuan M1P2 yaitu 61,77 dan rataan terendah terdapat pada perlakuan M1P1 yaitu 50,45.


Grafik rataan tinggi tanaman (cm) pada perlakuan antara media tanam dan pupuk NPKMg dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Grafik Rataan Tinggi Tanaman (cm)

Jumlah Daun (Helai)
Rataan Persentase jumlah daun bibit kelapa sawit (helai) dari perlakuan pupuk NPKMg dan media tanam dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Pengaruh Pupuk NPKMg dan Media Tanam terhadap jumlah daun (helai).
Tabel Rataan Jumlah Daun 8 MST
Perlakuan P0 P1 P2 Rataan
M1 6,5 6,75 7,75 7,0
M2 7,0 8,0 8,75 7,92
Rataan 6,75 7,375 8,25 7,46


Dari Tabel 2. diperoleh bahwa perlakuan media tanam pada parameter jumlah daun kelapa sawit, rataan tertinggi terdapat pada perlakuan M2 yaitu 7,92 dan rataan terendah terdapat pada perlakuan M1 yaitu 7,0. Pada pupuk NPKMg pada parameter jumlah daun, rataan tertinggi terdapat pada perlakuan P2 yaitu 8,25 dan rataan terendah terdapat pada perlakuan P0 yaitu 6,75. Dan interaksi antara media tanam dengan pupuk NPKMg pada parameter jumlah daun, rataan tertinggi terdapat pada perlakuan M2P2 yaitu 8,75 dan rataan terendah terdapat pada perlakuan M1P0 yaitu 6,5.
Gambar 2. Grafik Rataan Jumlah Daun (helai)

Diameter Batang (mm)
Rataan Persentase diameter batang benih kelapa sawit (mm) dari perlakuan Pupuk NPKMg dan media tanam dapat dilihat pada tabel 3.



Tabel 3. Pengaruh media tanam dan pupuk NPKMg terhadap diameter batang (mm).
Tabel Rataan Diameter Batang 8 MST
Perlakuan P0 P1 P2 Rataan
M1 19,48 18,18 16,9 18,19
M2 19,58 16,74 21,1 19,14
Rataan 19,53 17,46 19,0 18,66
Dari Tabel 3. Diperoleh bahwa perlakuan media tanam pada parameter diameter batang, rataan tertinggi terdapat pada perlakuan M2 yaitu 19,14 dan rataan terendah terdapat pada perlakuan M1 yaitu 18,19. Pada perlakuan pupuk NPKMg pada parameter diameter batang, rataan tertinggi terdapat pada perlakuan P0 yaitu 19,53 dan rataan terendah terdapat pada perlakuan P1 yaitu 17,46. Dan interaksi antara media tanam dengan pupuk NPKMg pada parameter diameter batang, rataan tertinggi terdapat pada perlakuan M2P2 yaitu 21,1 dan rataan terendah terdapat pada perlakuan M2P1 yaitu 16,74.
Gambar 3. Grafik rataan diameter batang (mm)

Pembahasan
Hasil percobaan diperoleh bahwa pada perlakuan media tanam pada parameter tinggi tanaman kelapa sawit, rataan tertinggi terdapat pada perlakuan M1 yaitu 57,64 dan rataan terendah terdapat pada perlakuan M2 yaitu 55,23. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan M1 yakni campuran antara top soil dan pasir (2:1) menghasilkan pertumbuhan tanaman yang lebih baik dibandingkan dengan media tanam campuran subsoil dan TKKS. Perpaduan antara top soil dengan pasir merupakan campuran media tanam yang memiliki struktur yang baik, tekstur remah dan gembur, tidak kedap air serta bebas kontaminasi. Hal ini sesuai literatur Krusantini (2008) yang menyatakan bahwa tanah sebagai media tanam yang digunakan seharusnya adalah tanah yang berkualitas baik, misalnya tanah bagian atas (topsoil) pada ketebalan 0-20 cm, dan berasal dari areal pembibitan di sekitarnya. Tanah yang digunakan harus memiliki struktur yang baik, tekstur remah dan gembur, tidak kedap air serta bebas kontaminasi.
Hasil percobaan diperoleh bahwa pada perlakuan media tanam pada parameter jumlah daun kelapa sawit, rataan tertinggi terdapat pada perlakuan M2 yaitu 7,92 dan rataan terendah terdapat pada perlakuan M1 yaitu 7,0. Hal ini menunjukkkan bahwa penggunaan TKKS pada perlakuan M2 berhasil meningkatkan pertambahan jumlah daun karena adanya peningkatan serapan hara N yang baik untuk daun. Hal ini mungkin disebabkan oleh pada media campuran ini peran pupuk kandang sangat efisien untuk menyediakan bahan organik serta hara tanah yang untuk tanah subssoil yang miskin hara sehingga kualitas kesuburan tanah meningkat dan berdampak dengan peningkatan pertumbuhan tanaman juga. Hal ini sesuai literatur Widyastuti dan Panji (2010) yang menyatakan bahwa pemberian kompos TKKS dapat meningkat secara nyata serapan hara N baik pada daun maupun pada batang bibit kelapa sawit pada umur yang sama.
Hasil percobaan diperoleh bahwa pada perlakuan media tanam pada parameter diameter batang, rataan tertinggi terdapat pada perlakuan M2 yaitu 19,14 dan rataan terendah terdapat pada perlakuan M1 yaitu 18,19. Hal ini menunjukkkan bahwa untuk penggunaan TKKS pada perlakuan M2 berhasil meningkatkan pertambahan perbesaran diameter batang karena adanya peningkatan serapan hara N bagi batang kelapa sawit. Hal ini sesuai literatur Widyastuti dan Panji (2010) yang menyatakan bahwa pemberian kompos TKKS dapat meningkat secara nyata serapan hara N baik pada daun maupun pada batang bibit kelapa sawit pada umur yang sama.
Hasil percobaan diperoleh bahwa pada perlakuan pupuk NPKMg pada parameter tinggi tanaman, rataan tertinggi terdapat pada perlakuan P0 yaitu 59,075 dan rataan terendah terdapat pada perlakuan P1 yaitu 54,037. Hal ini menunjukkan bahwa unsure N pada pembibitan kelapa sawit telah cukup tersedia untuk pertumbuhan tinggi tanaman kelapa sawit, sehingga gejala defisiensi seperti tanaman menjadi kerdil dapat dicegah dengan sendirinya. Hal ini sesuai dengan literatur Novizan (2002) yang menyatakan bahwa jika terjadi kekurangan (defisiensi) nitrogen, tanaman tumbuh lambat dan kerdil. Daunnya berwarna hijau muda. Sementara itu, daun-daun yang lebih tua menguning dan akhirnya kering.
Hasil percobaan diperoleh bahwa pada perlakuan pupuk NPKMg pada parameter jumlah daun, rataan tertinggi terdapat pada perlakuan P2 yaitu 8,25 dan rataan terendah terdapat pada perlakuan P0 yaitu 6,75. Hal ini berarti pemberian pupuk NPKMg sebanyak 10 gram membantu ketersediaan unsur Mg bagi kelapa sawit untuk meningkatkan penyerapan unsure hara lainnya yang menyokong kebutuhan bagi pertumbuhan daun. Hal ini sesuai dengan literature Damanik, dkk. (2011) yang menyatakan bahwa peranan umum dari magnesium dalam tubuh tanaman adalah sebagai berikut : (1) sebagai bagian essensil dari klorofil yang memberikan warna hijau pada daun (2) diperlukan dalam pembentukkan gula dari karbondioksida dan air (fotosintesis) (3) mengatur penyerapan unsur hara lainnya (4) bertindak sebagai pembawa fosfor di dalam tubuh tanaman (5) menstimulasi pembentukkan minyak dan lemak (6) dan berperan dalam translokasi pati di dalam tubuh tanaman.
Hasil percobaan diperoleh bahwa pada perlakuan pupuk NPKMg pada parameter diameter batang tanaman, rataan tertinggi terdapat pada perlakuan P0 yaitu 19,53 dan rataan terendah terdapat pada perlakuan P1 yaitu 17,46. Hal ini menunjukkan bahwa pada perlakuan P0 ketersediaan unsur fosfor juga cukup tersedia bagi tanaman kelapa sawit untuk mencegah terhambatnya pembelahan sel dan kekerdilan yang merupakan salah satu gejala defisiensi unsur P sehingga penamabahn pupuk NPKMg tidak lagi dibutuhkan. Hal ini sesuai literatur Hakim, dkk. (1986) kekurangan fosfor akan menampakkan gejala pertumbuhan yang terhambat karena terjadi gangguan pada pembelahan sel. Daun tanaman menjadi berwarna hijau tua yang kemudian berubah menjadi ungu, juga akan terjadi pada cabang dan batang tanaman muda. Gejala kekurangan fosfor juga akan menunujukan terlambatnya masa pemasakan buah dan biji. Gejala yang umum adalah terhambatnya pertumbuhan, tanaman kerdil serta perakarannya miskin dan produksi merosot.
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1. Pemberian media tanam berpengaruh terhadap pertumbuhan kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada parameter tinggi tanaman 8 MST, dimana rataan tertinggi terdapat pada perlakuan M1 yaitu 57,64 cm dan terendah pada perlakuan M2 yaitu 55,23 cm.
2. Pemberian pupuk NPKMg berpengaruh terhadap pertumbuhan kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada parameter jumlah daun 8 MST, dimana rataan tertinggi terdapat pada perlakuan P2 yaitu 8,25 dan terendah pada perlakuan P0 yaitu 6,75.
3. Pemberian media tanam dan pupuk NPKMg berpengaruh terhadap pertumbuhan kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada 8 MST, dimana interaksi terbaik pada parameter tinggi tanaman adalah perlakuan M1P2 yaitu 61,77 cm, pada parameter jumlah daun adalah perlakuan M2P2 yaitu 8,75 helai dan pada parameter diameter batang adalah perlakuan M2P2 yaitu 21,1 mm.
4. Pupuk NPKMg dapat mempengaruhi pembentukan daun, pertumbuhan akar dan pembungaan, menambah daya tahan dan menciptakan warna hijau daun (klorofil).
5. Media tanam yang terbaik adalah campuran topsoil dan pasir (2 : 1) karena tekstur tanah top soil yang liat serta kaya akan bahan organik dan cukup hara digabung dengan tanah pasir yang bersifat porous dan beraerase baik.
Saran
Diharapkan pada kegiatan praktikum, para praktikan lebih teliti dalam pengambilan data, terutama data diameter batang sehingga hasilnya lebih detail.
DAFTAR PUSTAKA

Damanik, M. M. B., B. E. H. Hasibuan., Fauzi., Sarifuddin., H. Hanum., 2011. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. USU-Press. Medan.

Fauzi, Y., Yusnita, G. W., Iman, S., Rudi, H., 2002. Kelapa Sawit. UGM Press. Yogyakarta.

Hakim, N., M. Y Nyakpa, Y., A.M. Lubis., S.G Nugroho., A. Diha., G. B. Hong., H. H Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilamu Tanah. Universitas Lampung Press. Lampung.

Pustaka Deptan. 2011. Budidaya Tanamn Kelapa Sawit.Diakses dari http://www.pustaka.deptan.go.id/indeks/php, pdf, pada tanggal 20 November 2011.

http://www.plantamor.com. 2011. Kelapa Sawit. Diakses dari http://www.plantamor.com pada 20 November 2011.


Iriani, P. I., 2009. Kajian Awal Biokonversi Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) Menjadi Etanol Melalui Skarifikasi dan Fermentasi Alkoholik. Diakses dari http://www.sith.itob.ac.id pada tanggal 20 April 2010.

Kartasapoetra, A.G. 2000. Pupuk dan Cara Pemupukannya. Rhineka Cipta, Jakarta.

Krusantini, 2008. Galery Tanaman Hias Daun. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Lingga, P dan Marsono. 2003. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta

Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukkan Yang Efektif. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Risza, S., 1994. Kelapa Sawit Upaya Peningkatan Produktifitas. Kansius, Jakarta.

Sianturi, H. S. D. 1992. Budidaya Kelapa Sawit. USU Press. Medan.

Syamsulbahri., 1996. Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan. UGM Press, Yogyakarta.

Sutedjo, M. M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukkan. Penerbit Rhineka Cipta. Jakarta.


Tusner, R.U. and R.A. Gilbanks., 1972. Oil Palm Culbuation and Manajemen, Malaysia.

Widiastuti, H., dan Panji, T., 2007. Pemanfaatan Tadan Kosong Kelapa Sawit Sisa Jamur Merang Sebagai Pupuk Organik Pada Pembibitan Kelapa Sawit. Diakses Pada Tanggal 26 November 2011.

Williams, S.N., Choane, W.Y., and Rajarutnam., 1980. Tree and Field Crops of the Watter Regions of the Tropical Lany Sorentific and Technical, New York.

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © 2012 pertanian bung / Template by : Urangkurai