PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kacang hijau adalah sejenis tanaman budidaya dan palawija yang dikenal luas di daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan (Fabaceae) ini memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari sebagai sumber bahan pangan berprotein nabati tinggi. Kacang hijau di Indonesia menempati urutan terpenting sebagai tanaman pangan legum (Baliadi, 2009).
Hama penggorok daun merupakan salah satu hama yang sangat ganas menyerang tanaman hortikultura. Salah satu spesies penggorok daun yang dikenal sangat merusak adalah Liriomyza spp. Hama penggorok daun termasuk Ordo Diptera, Famili Agromyzidae terdiri dari 4000 spesies, terbagi dalam 500 genera. Famili ini merupakan salah satu famili yang terpenting karena secara ekonomi sangat merugikan (Rauf, 1995).
Pada tahun 1994, Liriomyza spp pertama kali ditemukan menyerang pertanaman kentang di daerah Cisarua, Bogor. Hama ini kemudian menyebar ke beberapa daerah di Jawa, Sumatera, dan Sulawesi dan menimbulkan kerusakan berat pada tanaman lain, seperti mentimun, buncis, dan kacang hijau. Kehilangan hasil padatanaman kentang akibat hama ini mencapai 34% dan pada tanaman kacang hijau 70%. Penurunan hasil disebabkan oleh korokan larva pada jaringan mesofil daun (Kasno, 2008).
Lalat pengorok daun (Liriomyza spp) ditemukan menginfestasi tanaman kacang hijau pada tahun 2007. Larva lalat pengorok daun merusak daun kacang hijau dengan membuat liang korokan beralur warna putih bening pada bagian mesofil daun dan berpotensi menurunkan hasil hingga 20%. Selain pada kacang hijau, gejala serangan yang sama juga ditemukan pada kedelai, kacang tunggak, kacang panjang, komak, kacang adzuki, buncis, dan 42 jenis tanaman lainnya termasuk gulma. Empat spesies lalat pengorok daun yang diketahui menginfestasi tanaman kacang hijau adalah L. sativae, L. trifolii, L. huidobrensis, dan L. Bryoniae (Setiawati,dkk , 1997).
Pengendalian kimia dapat menimbulkan masalah karena lalat memiliki kemampuan genetik yang tinggi untuk menjadi tahan terhadap insektisida kimia. Pada habitat aslinya (subtropis), Liriomyza spp tergolong serangga berstrategi-r, yaitu memiliki kemampuan reproduksi tinggi, cepat mengkoloni habitat, dan kisaran inangnya luas. Habitat tropis dengan ketersediaan tanaman inang sepanjang tahun dan penggunaan insektisida kimia yang kurang bijaksana memungkinkan lalat pengorok daun menjadi hama penting pada kacang hijau. Pada habitat alaminya, populasi lalat pengorok daun rendah akibat pengendalian alami oleh Opius sp. Oleh karena itu, perlu disiapkan teknologi pengendalian yang lebih memberdayakan peran musuh alami daripada insektisida kimia (Rusli, 2002).
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui pengendalian hama Liriomyza spp (Diptera: Agromyzidae) menggunakan musuh alami Opius sp (Hymenoptera:Braconidae) pada tanaman kacang hijau (Phaseolus radiatus L.)
Kegunaan Penulisan
- Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti Praktikal Test di Laboratorium Pengelolaan Hama dan Penyakit Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
- Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.
TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman
Adapun botani tanaman kacang hijau menurut Listyanto (2010) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermathophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyldonae
Ordo : Rosales
Famili : Papilionaceae
Genus : Phaseolus
Spesies : Phaseolus Radiatus L.
Tanaman kacang hijau berakar tunggang dengan akar cabang pada permukaan. Sistem perakarannya dibagi menjadi dua, yaitu mesophytes dan xerophytes. Mesophytes mempunyai banyak cabang akar pada permukaan tanah sementara xerophytes memiliki akar cabang lebih sedikit dan memanjang ke arah bawah (Baliadi, 2009).
Tanaman kacang hijau berbatang tegak dengan ketinggian sangat bervariasi, antara 30-60 cm, tergantung varietasnya.cabangnya menyamping pada batang utama, berbentuk bulat, dan berbulu. Warna batang dan cabangnya ada yang hijau ada yang ungu (Baliadi, 2009).
Daunnya trifoliate (terdiri dari tiga helaian) dan letaknya berseling. Tangkai daunnya cukup panjang, lebih panjang dari daunnya. Warna daunnya hijau muda sampai hijau tua.
Bunga kacang hijau berwarna kuning, tersusun dalam tandan, keluar pada cabang serta batang, dan dapat menyerbuk sendiri (Rusli, 2002).
Polong kacang hijau berbentuk silendris dengan panjang antara 6-15 cm dan biasanya berbulu pendek. Sewaktu muda polong berwarna hijau dan setelah tua berwarna hitam atau cokelat. Setiap polong berisi 10-15 biji (Rusli, 2002).
Biji kacang hijau lebih kecil disbanding biji kacang-kacangan lain. Warna bijinya kebanyakan hijau kusam atau hijau mengkilap, beberapa ada yang berwarna kuning, cokelat, dan hitam (Rusli, 2002).
Syarat Tumbuh
Iklim
Tanaman kacang hijau dapat tumbuh baik di daerah yang memiliki curah hujan sekitar 100-400 mm/bulan. Sedangkan untuk mendapatkan hasil optimal, tanaman kacang hijau membutuhkan curah hujan antara 70-200 mm/bulan. Suhu yang dikehendaki tanaman kacang hijau antara 21-340 C, akan tetapi suhu optimum bagi pertumbuhan tanaman kacang hijau adalah 23-300 C (Tarumingkeng, 1994).
Kacang hijau merupakan tanaman tropis yang menghendaki suasana panas selama hidupnya. Tanaman ini dapat ditanam di dataran rendah hingga ketinggian 500 m di atas permukaan laut. Tanaman kacang hijau dapat tumbuh di daerah yang curah hujannya rendah dengan memanfaatkan sisa kelembaban pada tanah bekas tanaman yang diairi (Kasno, 2008).
Tanah
Tanah-tanah yang cocok yaitu: alluvial, regosol, grumosol, latosol dan andosol. Pada tanah-tanah podsolik merah kuning dan tanah yang mengandung banyak pasir kwarsa, pertumbuhan kacang hijau kurang baik, kecuali bila diberi tambahan pupuk organik atau kompos dalam jumlah cukup (Setiawati,dkk , 1997).

Liriomyza spp (Diptera: Agromyzidae)
Lalat pengorok daun termasuk genus Liriomyza, ordo Diptera, famili Agromyzidae. Liriomyza adalah salah satu dari lima genus lalat pengorok daun. Hingga saat ini sedikitnya telah diidentifikasi 26 spesies Liriomyza. Identifikasi tingkat spesies lalat pengorok daun sulit dilakukan karena ukuran tubuhnya kecil adanya kemiripan antar spesies (Rauf, 1995).
Imago lalat pengorok daun berukuran sekitar 2 mm. Bagian dorsal berwarna gelap, namun skutelumnya kuning terang. Imago betina Liriomyza spp memiliki ovipositor yang berkembang sempurna, dan alat ini merupakan ciri pembeda dengan lalat jantan. Lalat betina membuat beberapa tusukan, pada bagian atas permukaan daun yang diawali pada daun bagian atas (Tengkano dan Soehardjan, 1985).
Telur hanya diletakkan pada beberapa aktivitas penusukan, sedangkan aktivitas penusukan lainnya adalah perilaku makan. Bekas tusukan baik untuk makan maupun peletakan telur dengan jelas terlihat berupa bintik-bintik putih. Saat menetas, larvamengorok bagian jaringan palisade. Larva mengalami tiga instar, larva instar akhir berukuran 2−3 mm berwarna kuning. Larva dewasa jatuh ke tanah dan membentuk pupa pada serasah tanaman. Imago terbang saat ke luar dari pupa. Siklus hidup dari stadia telur sampai imago berlangsung sekitar 21 hari pada kacang hijau (Tengkano dan Soehardjan, 1985).
Dalam satu musim pertanaman kacang hijau dapat berkembang beberapa generasi lalat pengorok daun. Masing- masing spesies memiliki kisaran siklus hidup yang berbeda, misalnya L. Sativae berkisar antara 24−28 hari dan L. huidobrensis 17−25 hari, yaitu 2−3 hari stadia telur, 7−10 hari stadia larva, dan 5−7 hari stadia pupa dan serangga dewasa bertahan hidup 3−6 hari (Tengkano dan Soehardjan, 1985).
Pada daun nampak bintik-bintik cokelat sebagai akibat tusukan ovipositor lalat betina saat menghisap cairan sel daun tanaman dan meletakan telur di dalam jaringan daun. Kerusakan selanjutnya adalah terlihatnya lubang kerokan dalam daun yang disebabkan oleh larva. Pada serangan parah daun tampak berwarna merah kecoklatan. Akibatnya seluruh pertanaman hancur (Tarumingkeng, 1994).
Opius sp (Hymenoptera:Braconidae)
Opius termasuk famili Braconidae, ordo Hymenoptera. Serangga tersebut
merupakan tabuhan yang kecil. Hama sasaran Opius sp adalah larva lalat (Tarumingkeng, 1994).
Opius sp merupakan parasitoid penting hama Liriomyza spp. Telur berbentuk lonjong, dengan salah satu bagian ujungnya sedikit lebih membengkak dibandingkan dengan ujung yang lain. Siklus hidupnya berkisar antara 13-59 hari. Masa telur, larva dan pupa masing-masing 2, 6, dan 6 hari (Tengkano dan Soehardjan, 1985).
Ciri-ciri Opius sp adalah sebagai berikut:
• Tubuh kecil berwarna orange coklat dengan antenna panjang
• Periode kepompong 7-9 hari
• Parasit dewasa hidup 3-4 hari, Setiap larva memarasit 1 ekor larva inang
(Tengkano dan Soehardjan, 1985).
Satu ekor betina mampu menghasilkan telur sebanyak 49-187 butir. Instar yang paling cocok untuk perkembangan parasitoid Opius sp., adalah instar ke-3. Pada instar tersebut masa perkembangan parasitoid lebih singkat dan keturunan yang dihasilkan lebih banyak dengan proposi betina yang lebih tinggi. Nisbah kelamin jantan dan betina adalah 1:1 (Rusli, 2002).


HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Data Hasil investasi hama dan musuh alami pada tanaman kacang hijau (Phaseolus radiatus L.)
Hama : Liriomyza spp
Musuh alami : Opius sp
Gejala serangan pada tanaman
Hari / Tanggal Pengamatan Gejala pada tanaman
Hama + Musuh Alami Kontrol
Jumat, 02 Desember 2011 - Secara umum daun masih hijau
- Polong hijau - Daun menguning
- Polong mulai menguning
Sabtu, 03 Desember 2011 - Sebagian daun hijau
- Polong hijau - Daun menguning
- Polong juga menguning
Senin, 05 Desember 2011 - Daun mulai menguning
- Polong mulai menguning - Polong mulai menguning dan terdapat bercak
Selasa, 06 Desember 2011 - Daun tampak kuning dan terdapat bercak
- Polong ada yang kuning - Daun banyak yang bolong
- Polong menguning dan ada bercak
Rabu, 07 Desember 2011 - Terdapat bercak pada daun
- Polong kuning dan ada bercak - Daun berlubang dan ada bercak
- Polong kuning dan mempunyai bercak




Gejala serangan pada hama
Hari / Tanggal Pengamatan Gejala pada hama
Hama + Musuh Alami Kontrol
Jumat, 02 Desember 2011 2 ekor hama mati dan 1 lemas akibat Opius sp Hama dapat mempengaruhi polong
Sabtu, 03 Desember 2011 1 ekor hama mati Hama menusuk daun dan polong
Senin, 05 Desember 2011 2 ekor hama mati Hama menusuk daun dan polong
Selasa, 06 Desember 2011 2 ekor hama mati hama mati
Rabu, 07 Desember 2011 2 ekor hama mati hama mati

Pembahasan
Pada pengamatan Pertama dan ke dua yaitu pada 02-03 Desember 2011, terlihat bahwa tidak ada serangan Liriomyza pada tanaman kacang hijau baik pada tanaman dengan perlakuan maupun tanaman kontrol, karena Opius bisa mengendalikan serangan Liriomyza. Hal ini sesuai dengan literatur (Rusli, 2002) yang menyatakan bahwa pada habitat alaminya, populasi lalat pengorok daun rendah akibat pengendalian alami oleh Opius sp. Oleh karena itu, perlu disiapkan teknologi pengendalian yang lebih memberdayakan peran musuh alami daripada insektisida kimia.
Pada pengamatan ke tiga dan ke empat yaitu pada 05-06 Desember 2011 tampak bahwa ada bercak pada daun tanaman dengan perlakuan hama dan musuh alami demikian juga dengan tanaman kontrol. Terlihat bahwa Liriomyza spp merusak tanaman dengan gejala serangan terdapat bercak pada daun. Hal ini sesuai dengan literatur Tarumingkeng (1994) yang menyatakan bahwa pada daun nampak bintik-bintik cokelat sebagai akibat tusukan ovipositor lalat betina saat menghisap cairan sel daun tanaman dan meletakan telur di dalam jaringan daun.
Terdapat bercak pada daun dan polong pada tanaman kacang hijau pada pengamatan ke lima yaitu 07 Desember 2011. Bercak terdapat pada tanaman kontrol dan tanaman dengan perlakuan hama dan musuh alami, adanya bercak diakibatkan oleh ganasnya serangan hama Liriomyza yang sangat merugikan tanaman kacang hijau bahkan hingga 70 %. Hal ini sesuai dengan literatur Kasno (2008) yang menyatakan bahwa kehilangan hasil pada tanaman kentang akibat hama Liriomyza mencapai 34% dan pada tanaman kacang hijau 70%. Penurunan hasil disebabkan oleh korokan larva pada jaringan mesofil daun.
Pengamatan pada hama Liriomyza menunjukkan bahwa pada tanaman kontrol pengamatan pertama hingga ke tiga terlihat bahwa hama merusak tanaman karena tidak mempunyai musuh alami, dan pada pengamatan ke empat hingga ke lima hama mati akibat hama sudah terlalu tua. Hal ini sesuai dengan literatur Rauf (1995) yang menyatakan hama penggorok daun merupakan salah satu hama yang sangat ganas menyerang tanaman hortikultura. Salah satu spesies penggorok daun yang dikenal sangat merusak adalah Liriomyza spp. Hama penggorok daun termasuk Ordo Diptera, Famili Agromyzidae terdiri dari 4000 spesies, terbagi dalam 500 genera. Famili ini merupakan salah satu famili yang terpenting karena secara ekonomi sangat merugikan.
Pengamatan pada hama Liriomyza menunjukkan bahwa pada tanaman perlakuan hama dan musuh alami pengamatan pertama hingga ke lima terlihat bahwa 2 ekor Liriomyza mati akibat serangan Opius sp. Hal ini sesuai dengan literatur (Rusli, 2002) yang menyatakan bahwa pada habitat alaminya, populasi lalat pengorok daun rendah akibat pengendalian alami oleh Opius sp. Oleh karena itu, perlu disiapkan teknologi pengendalian yang lebih memberdayakan peran musuh alami.


KESIMPULAN

1. Tidak ada gejala serangan pada pengamatan pertama hingga ke tiga pada tanaman kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) untuk tanaman kontrol dan perlakuan akibat serangan Liriomyza spp
2. Tampak bercak pada pengamatan ke empat dan ke lima pada tanaman kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) untuk tanaman kontrol dan perlakuan yang diakibatkan oleh Liriomyza spp
3. Pada pengamatan pertama hingga ke lima dua ekor hama Liriomyza spp mati akibat serangan musuh alaminya Opius sp untuk tanaman dengan perlakuan
4. Pada pengamatan pertama hingga ke tiga untuk tanaman dengan perlakuan hama tidak mati dan merusak daun serta polong akibat tidak ada musuh alami
5. Hama Liriomyza spp mati pada pengamatan ke empat dan kelima untuk tanaman kontrol bukan diakibatkan oleh musuh alami tetapi akibat faktor umur.

DAFTAR PUSTAKA

Baliadi, Y. 2009. Fluktuasi Populasi Lalat Pengorok Daun, Liriomyza sp pada Tanaman Kacang Hijau. Penebar Swadaya. Jakarta

Kasno, A. 2008. Kacang Hijau Menguntungkan Ditanam di Lahan Kering. Balitkabi. Jakarta
Listyanto. 2010. Budidaya Tanaman Kacang Hijau. PT. Alam Lestari Indonesia. Jakarta
Rauf, A. 1995. Liriomyza: Hama Pendatang Baru di Indonesia. Buletin Hama dan Penyakit Tumbuhan. Jakarta

Rosa, H.O. 2002. Sebaran Liriomyza sp dan Parasitoidnya pada Beberapa Tanaman dan
Gulma di Sulawesi Selatan. Agroscientiae. Yogyakarta

Rusli, R. 2002. Biologi Opius sp (Hymenoptera:Braconidae) Parasitoid Lalat Penggerek Daun Kacang Hijau. IPB Press. Bogor

Setiawati, W., R.E. Soeriatmadja, dan Laksanawati. 1997. Inventarisasi dan pencaran hama
Liriomyza sp dan Musuh Alaminya pada Tanaman Kacang Hijau. IPB Press. Bogor

Tarumingkeng, R.C. 1994. Dinamika Populasi Kajian Ekologi Kuantitatif. Pustaka Sinar
Harapan dan Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta

Tengkano, W. dan M. Soehardjan. 1985. Jenis Hama Utama pada Berbagai Fase Pertumbuhan Tanaman Kacang Hijau. Pustaka Agung. Semarang

Warsito. 2004. Keanekaragaman, Kelimpahan dan Peranan Musuh Alami Lalat Pengorok daun Liriomyza huidobrensis (Diptera: Agromyzidae) pada Tanaman Kacang Hijau. IPB Press. Bogor

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © 2012 pertanian bung / Template by : Urangkurai